Setulus Cinta (Mn)
Seorang gadis cantik bernama Iridium sedang duduk
termenung di samping rumahnya(Tabel periodik unsur), ia sedang duduk
merenungi nasib buruk yang menimpanya, kecelakaan motor 2 tahun yang lalu telah
membuatnya kehilangan kedua matanya, saat itu Iridium berumur 16 tahun,
kejadiannya tepat pada tanggal 12 januari 2009 bertepatan di hari ulang
tahunnya, sangat di sayangkan, hari yang indah menjadi hari yang buruk
untuknya.
“Iridium(Rh)………’
“kak Rodium(Rh)……? Sudah pulang rupanya” menoleh ke
arah datangnya suara.
“Dia , adikku satu-satunya” Rodium kakak Iridium
berbicara dengan temannya.
“kakak bicara dengan siapa?” tanya Iridium . “Oya, kakak lupa,
ini Mangan teman kuliah kakak” jawab Rodium. “kenalkan namaku Mangan..
“ laki – laki itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
“Iridium..” Iridium tidak menyambut uluran tangan dari Mangan,
Mangan yang tersadar dari lupanya kalau Iridium tidak bisa
melihat langsung menurunkan tangannya. “ Iridium masuk dulu ya kak” Iridium
meraba – raba mencari tongkat penuntun jalannya. “ biar ku bantu!” Mangan
langsung mengambil tongkat yang tidak jauh dari Iridium dan memberikannya pada
Iridium. Lalu menuntunnya berjalan. Rodium yang melihat itu langsung tersenyum,
ia sudah tahu kalau sejak lama temannya itu jatuh hati pada adik semata
wayangnya, akan tetapi Rodium tidak pernah memperkenalkannya karena melihat
Mangan yang tidak pernah bertanya tentang adiknya,namun Iridium sering kali
melihat Mangan yang memperhatikan Iridium ketika ia berjalan melewati ruang
tempat mereka beli, akan tetapi sepertinya Mangan tidak punya nyali untuk
bertanya tentang Iridium padanya. “terimakasih”kata Iridium ketika mereka
sampai di depan pintu kamar Iridium. ‘Emm.. Ri…, aku pergi dulu” kata Mangan
,lalu berlalu setelah melihat anggukan kepala Iridium. Andai saja ada yang tahu
kalau saat ini hati Mangan sedang berbunga – bunga,akhirnya ….
‘ia dapat berkenalan pada gadis yang selama ini menyita
perhatiannya, namun tak punya nyali untuk berkenalan dengannya. Sejak itulah
Rodium tidak pernah takut untuk menyapa Iridium. Hari berganti hari,
mereka berdua pun semakin akrab saja. Suatu hari di taman pada sore hari.
Mangan dan Iridium sedang duduk dibawah pohon yang rindang, Mangan mengajak
Iridium jalan – jalan kesana. “RI… apakah matamu bisa disembuhkan ?” tanya
Mangan pelan, ia takut kata – katanya menyakiti perasaan gadis cantik
itu. Rita tidak menjawab pertanyaan Mangan, ia diam sambil menunduk. “ maaf
kalau …..“kata dokter, mataku bisa disembuhkan kalau ada donor mata yang
yang cocok untuk ku” Iridium memotong perkatian Mangan. Mangan lega mendengar
perkataan Iridium.“ aku yakin , suatu saat nanti ada yang mendonorkan matanya
untukku, dan aku bisa melihat kembali bintang – bintang dilangit” lanjutnya. “
kau suka bintang ?” tanya Mangan. “ ya, bintang adalah hiasan yang sanagt
indah di malam hari” jawabnya, ada setitik harapan di lubuk hatinya yang paling
dalam. Hampir 2 minggu Mangan selalu mengisi hari - hari Iridium, dan kehadiran
Mangan telah mengurangi kesedihan di hatinya. Hari ini adalah minggu ke 3 sejak
mereka berkenalan, Mangan berjanji akan jam sudah menunjukkan pukul 05.00
sore, tapi Mangan yang ditunggu tunggu tak kunjung datang.” Ri…” sapa Rodium
dari belakang Iridium.“ Mangan tidak bisa datang, dia punya urusan yang penting
katanya, ia hanya menitipkan ini ….” Rodium mengambil tangan Iridium dan
bintang kepadanya. “ Apakah ini bintang ?” Tanya Iridium tersenyum. “ yak
kau benar itu bintang” jawab Rodium(Rh). Sudah satu minggu Mangan tidak pernah
datang menemui Iridium, hal pernah datang menemui Iridium. Hal ini membuat
Iridium murung kembali, dua hari lagi tanggal 12 Mei, ia ingin Mangan datang
pada hari ulang tahunnya.
“kak nanti ajak kak Mangan yah! Pada hari ulang tahun Iridium,
bilang kalau nggak datang,Iridium marah padanya, jangan lupa yah kak!”kata
Iridium. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, acara sudah dimulai, namun Mangan
belum juga datang, dari tadi Iridium terus saja bertanya pada Irdium, tapi
jawabannya sama saja, ia tidak tahu dimana Mangan.
pak ada telepon dariDr. Baron, katanya ada donor mata yang
cocok untuk Iridium, dan Iridium harus operasi jam 08.00 malam ini juga!” kata
Rodium.
“ Alhamdulillah …” ucap pak Kobalt, bapaknya Iridium. Saat itu
juga Iridium pergi ke rumah sakit di temani oleh bapak dan ibunya,sedangkan
Rodium masih menemani para tamu yang datang, saat ini hati Iridium sangat
bahagia, operasi berjalan dengan baik, beberapa hari lagi Iridium diperbolehkan
membuka perban matanya.
“kak Rodium , kak Mangan mana?” tanya Iridium saat perbannya
sudah dibuka oleh Dr. Baron. “maafkan kakak Ri….! Kakak nggak bisa
membawa Mangan kesini, dia hanya menitipkan surat ini untukmu……”jawab
Rodium sambil memberikan surat itu pada Iridium.
Bila Tuhan menghendaki, mungkin saat kau membaca surat ini, kita
tidak bisa bertemu kembali maaf aku tidak bisa menepati janjiku mengajakmu
jalan ke taman, maaf aku tidak bisa datang pada hari ulang tahunmu, dan aku
juga igin berterima kasih karena kau telah memberiku kebahagiaan walau hanya
dengan segaris senyuman di wajahmu. Sudah lama aku ingin mengungkapkan apa yang
selama ini aku rasakan terhadapmu, sejak pertama kali aku melihat mu, saat kau
berjalan melewati ruangan diman aku dan Rodium sedang belajar, aku merasakan
getaran yang lain dihatiku,dan setelah ku telusuri … ternyata ku sadari bahwa
ku mencintaimu lebih dar idiriku sendiri, namun aku tidak mempunyai nyali
untuk mengungkapkannya di akhir hidupku, aku hanya bisa mewujudkan mimpimu
melihat bintang kembali. Maaf aku tidak bisa bisa memberimu sesuatu yang
lebih dari ini, semoga kau bahagia! “kau menari dihatiku , walau tak dapat
seorangpun melihatmu, namun aku bisa merasakannya”
2 Mei 2001
Rodium
“Selain surat itu, Mangan juga menitipkan ini untukmu “Rodium
memberikan kotak masik berbentuk bintang kepada Iridium.
“Mangan mendonorkan matanya untukmu,
karena ia yakin hidupnya tidak akan lama lagi. Adit mengidap kanker darah……”
lanjutnya. Sambil memegang kotak musik tak terasa butiran bening mengalir di
pipi putih Iridium.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !