Kisah Intan dan arang
Ada sebuah
cerita menarik tentang intan dan arang. Kisah yang ada pada salah satu puisi
yang terkumpul pada Asrar I Khudi, yang ditulis oleh Bapak Pembaharu Pakistan
yaitu Dr. Mohammad Iqbal.
Pada suatu hari
ada satu ton arang yang iri kepada satu butir intan. Mereka iri karena mereka
dihargai dengan lebih murah dari pada sebutir intan yang massanya jauh lebih
kecil. Arang pun merasa tidak dihargai, intan berada di tempat yang terhormat.
Intan diletakkan di wadah yang bagus dan dikenakan oleh
orang-orang kaya dan dihormati, seperti pejabat, konglomerat, dan artis
terkenal. Sedangkan mereka berada di tempat pembakaran sate dan tungku-tungku
orang yang tidak mampu membeli elpiji.
Intan yang
kemilau dan arang yang hitam sebenarnya berasal dari unsur yang sama, yaitu
karbon. Hal inilah yang menjadikan arang iri. Mereka dibuat dari unsur yang
sama tetapi mereka dihargai secara berbeda. Meskipun dalam wujudnya mereka
sangatlah berbeda. Tetapi satu-satunya yang membedakan mereka adalah susunan
atomnya.
Intan adalah bahan yang paling keras yang ada di kerak bumi yang tersusun oleh
beberapa unsur karbon. Intan dibentuk dengan temperatur dan tekanan yang sangat
tinggi pada jutaan tahun yang lalu. Intan dianggap sebagai permata alam yang
paling tahan lama. Intan dikenal sebagai perhiasan, padahal 80% intan didunia
digunakan sebagai alat industri, misalnya untuk memotong dan mengebor. Intan
digunakan sebagai perhiasan karena berkilau dan dapat memantulkan cahaya yang
mengenainya. Intan yang sudah digosok sering kita kenal dengan nama berlian.
Karena intan merupakan
barang yang sangat mahal harganya, maka banyak tiruan intan. Mungkin banyak
tiruan intan yang dapat memantulkan cahaya lebih baik dari pada intan yang
asli. Tetapi kerasnya intan tidak dapat disamai oleh barang yang lain. Intan
tiruan lama-kelamaan akan tergores.
Menanggapi sifat
iri arang terhadap intan. Intan pun mengatakan kepada arang, hai arang,
ketahuilah, bahwa tanah hitam membantuku meningkatkan derajatku. Aku berjuang
menghadapi lingkunganku yang sangat panas dan tekanan tinggi untuk menjadikan
aku seperti ini. Hal inilah yang menyebabkan aku menjadi matang dan tumbuh
keras melebiihi batu. Itulah sifat yang menjadi contoh padaku. Setelah menjadi
batu pun aku berbagi cahaya dengan lingkunganku sehingga aku sangat dihormati
dan dihargai. Tapi karena engkau belumlah matang, kau nampak hina dan
tersingkir. Tubuhmu pun lunak sehingga kau dibakar orang.
Perumpamaan
intan dan arang ini, Iqbal menyampaikan pesan moral yang sangat mendalam kepada
manusia. Meskipun secara lahiriah manusia itu sama, tetapi derajat manusia
sangat berlainan. Ada yang sangat dihargai dan ada yang sangat terhina. Semua
itu terjadi tergantung pada kualitas manusia tersebut. Jika manusia terebut
tegar dalam menghadapi cobaan yang begitu keras dan dia mampu melewatinya, maka
ia akan menjadi orang yang sangat bernilai. Bergitu juga sebaliknya. Maka dari
itu, janganlah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup ini.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !